Selasa, 27 Agustus 2019

Kehamilan Tidak Diinginkan - Part 1 (April 2019)

Kehamilan Tidak Diinginkan

Kehamilan merupakan hal yang sangat di tunggu-tunggu bagi seorang perempuan yang sudah menikah. Namun apa jadinya apabila ia hamil pada saat yang belum tepat terutama ketika ia belum nikah? Jika kehamilan yang terjadi pada perempuan merupakan suatu hal yang tidak diharapkan atau diinginkan, itu yang dimaksud dengan KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan). KTD dapat dialami berbagai perempuan baik yang belum menikah, sudah menikah, dikarenakan kegagalan KB, karena jumlah anak sudah banyak, atau kondisi dimana anak masih kecil, atau memang belum ingin memiliki anak, kemudian terjadi kehamilan. Namun dalam hal ini fokus kehamilan tidak diinginkan berfokus pada remaja yang belum menikah namun mengalami kehamilan. Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa ini, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya.
Terdapat pengertian lain mengenai KTD (unwanted pregannacy) yaitu kehamilan yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak yaitu baik dari sang bapak maupun ibu dari sang bayi. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan, yaitu :
a. Ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan
b. Akibat pemerkosaan, diantaranya pemerkosaan oleh teman kencannya (date-rape).
c. Tekanan dari pacar, adanya rasa penasaran nikmatnya melakukan hubungan seks sebanyak, adanya tekanan dari teman, adanya kebutuhan badaniah, kurangnya pengetahuan remaja tentang kehamilan sebanyak dan melampiaskan diri.
d. Tidak menggunakan alat kontrasepsi.
e. Kegagalan alat kontrasepsi akibat mereka menggunakan alat kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang metode kontrasepsi yang benar atau kegagalan alat kontrasepsinya sendiri (efektivitas/ efikasi)
f. Berasal dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami kewajibannya sebagai pelajar
g. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Dimana para remaja seringkali melakukan hubungan seksual yang tidak didasarkan pada pengetahuan bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi kehamilan misalnya melalui penggunaan kontrasepsi, namun lebih didorong untuk memuaskan kebutuhan seksual di antara mereka
h. Pergaulan bebas tanpa kendali orangtua menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan
i. Penelitian Charles Gyan yang dikutip melalui Journal of Educational and Social Research MCSER Publishing, RomeItaly tahun 2013 di Ghana menambahkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga dan kurangnya kasih dari orangtua membuat remaja mencari cinta dari rekan lakilaki mereka sehingga memicu awal mula terjadinya hubungan seks sampai mengakibatkan kehamilan
j. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja yang termasuk hal-hal negatif.
Hasil studi pernah dilakukan oleh Elisa pada tahun 2015 pada salah satu SMP di Kota Madiun pada tanggal 11 Februari 2015, ditemukan beberapa siswi yang mengundurkan diri dari sekolah karena kasus kehamilan tidak diinginkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru BK dari SMP tersebut diketahui bahwa siswi yang mengalami kehamilan tidak diinginkan berasal dari keluarga menengah kebawah. Pekerjaan orang tua adalah wiraswasta yang seharihari bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga kurang memberikan perhatian kepada anak terutama dalam hal pergaulan selama ini. Selain itu beberapa siswi tersebut juga dikenal sering memiliki kasus di sekolahnya salah satunya sering membolos sekolah begitu juga dengan teman dekatnya yang sering memiliki kasus yang serupa bahkan diketahui teman dekat dari siswi tersebut pernah melakukan hubungan seksual
Tentunya kehamilan yang tidak diinginkan ini memiliki dampak buruk tidak hanya bagi sang pelaku namun juga kepada bayi yang dikandungnya, orang tua serta pihak pihak lainnya. Selain itu dampak kehamilan dari kehamilan tidak diinginkan adalah sebagai berikut :
1. Aborsi
Angka kejadian aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun, sekitar 750.000 dilakukan oleh remaja. Ada dua hal yang bisa dilakukan oleh remaja, yaitu mempertahankan kehamilan dan mengakhiri kehamilan (aborsi). Semua tindakan tersebut membawa dampak baik fisik, psikis, sosial, dan ekonomi (Marmi, 2013:219).
2. Komplikasi
Komplikasi meliputi persalinan belum cukup bulan (prematuritas), pertumbuhan janin dalam rahim kurang sempurna, kehamilan dengan keracunan yang memerlukan penanganan khusus, persalinan sering dengan tindakan operasi, pendarahan setelah melahirkan semakin meningkat, kembalinya alat reproduksi terlambat setelah persalinan, mudah terjadi infeksi setelah persalinan dan pengeluaran ASI tidak cukup (Manuaba dkk, 2009:20).
3. Psikologis
Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang serba salah dan memberikan tekanan batin atau stress (Manuaba dkk, 2009:20). Pada 34 kehamilan pranikah rasa malu dan perasaan bersalah yang berlebihan dapat dialami remaja apalagi kehamilan tersebut tidak diketahui oleh pihak lain seperti orang tua (Kusmiran, 2014:37).
4. Psikososial
Remaja akan mengalami ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah karena terjadi kanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Akibatnya remaja akan dikucilkan dari masyarakat dan hilang kepercayaan diri (Kusmiran, 2014:37).
5. Pernikahan pada Masa Remaja
Pernikahan ini terjadi karena telah hamil sebelum menikah atau untuk menutup aib karena sudah melakukan hubungan seksual pranikah. Secara psikologis, mental remaja juga belum siap untuk menghadapi berbagai masalah dalam pernikahan. Akibatnya, banyak terjadi perceraian di usia muda dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Menurut hasil riset, 44 persen pelaku pernikahan dini mengalami KDRT frekuensi tinggi, dan 56 persen mengalami KDRT frekuensi rendah (BKKBN, 2012).
6. Masa depan remaja dan bayi
Salah satu resikonya adalah berhenti/putus sekolah atau kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan besar pihak sekolah mengeluarkan muridnya karena hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang hamil. Selain itu pada saat merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar (Widyastuti dkk, 2010:52).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar