Minggu, 24 Maret 2024

MEMAAFKAN, PERMINTAAN MAAF, DAN CARA MELEPASKAN EMOSI NEGATIF

 

Oleh: Hening Putri Maharani

 SumberKrakenimages.com

        Hai, GenRengers! Selamat datang lagi di blog PIK-Ma "BRM" ULM yang selalu dipenuhi dengan semangat yang membara! Hari ini, kita akan memasuki insight baru yang tak kalah menarik dan menginspirasi, yaitu memaafkan dengan tulus, memahami kekuatan dalam meminta maaf, dan menemukan cara-cara yang efektif untuk melepaskan diri dari belenggu emosi negatif. Siapkan diri untuk mengarungi lautan pengetahuan dan pemahaman yang menakjubkan bersama-sama!

        Memaafkan dan permintaan maaf akan selalu menjadi kebutuhan dalam kehidupan manusia, hal ini dikarenakan manusia tidak akan pernah terlepas dari dosa dan kesalahan. Memaafkan adalah menerima apa yang sudah terjadi dan berusaha melupakan kejadian tersebut. Kita tak bisa mengelak dari apa yang sudah terjadi dan terlewati karena itu merupakan bagian dari kehidupan kita. Kesakitan yang menimpa diri kita merupakan takdir yang harus kita terima dengan ikhlas. Memaafkan juga adalah sebuah proses, dan dalam proses tersebut, kita berupaya untuk menerima emosi negatif terhadap peristiwa yang terjadi. Kemudian, kita memiliki keinginan untuk melepaskan seluruh emosi negatif tersebut. Pada akhirnya, proses ini akan mengantarkan kita pada perubahan emosi negatif menjadi rasa damai, dan lega. Ketika seseorang memberikan maaf, mereka tidak lagi dikuasai oleh emosi negatif terhadap orang atau situasi tertentu.

        Seringkali orang berpikir bahwa memaafkan jauh lebih mudah dilakukan daripada meminta maaf. Namun sebenarnya, memaafkan yang jauh lebih susah daripada meminta maaf. hal ini dikarenakan perbuatan yang menyakiti kita terbentuk menjadi emosi negatif sehingga kita merasa bahwa orang yang berbuat salah kepada kita tidak layak menerima maaf. Memaafkan juga sulit dilakukan seseorang, karena manusia cenderung mengandalkan pikiran dan emosinya, hal ini menimbulkan reaksi dalam diri untuk memprioritaskan diri sendiri di atas orang lain, sehingga ketika seseorang berbuat kesalahan, emosi dan ego dalam diri kita menolak dengan keras untuk memaafkan orang tersebut dan mengingat semua kesalahan-kesalahan yang diperbuat olehnya itu tidak layak untuk dimaafkan.

        Dalam memaafkan seseorang, ada banyak faktor yang mempengaruhi kita untuk memaafkan seseorang, sehingga sangat berat rasanya untuk memaafkan seseorang. Ada beberapa cara yang bisa kita terapkan untuk memaafkan seseorang: 

  1. Berkomitmen pada diri sendiri untuk memaafkan kesalahan seseorang terhadap kita; 
  2. Menerima bahwa setiap manusia pasti memiliki kesalahan; 
  3. Mengatasi pikiran kita dengan melepaskan emosi negatif yang kita miliki terhadap orang yang berbuat salah kepada kita; 
  4. Menerima apa yang sudah terjadi dan berusaha untuk melupakan kejadian. Kita tak bisa mengelak apa yang sudah terjadi dan terlewati karena itu sudah bagian dari takdir kehidupan. Kesakitan yang menimpa diri kita merupakan takdir yang harus kita terima dengan ikhlas; 
  5. Merenungkan dan menanyakan pada diri kita sendiri apa dampak dari kita memendam semua emosi negatif ini, apa untungnya bagi kita, dan apa kerugian yang kita dapatkan dari memendam emosi negatif ini. 

        Memendam emosi negatif tidaklah membuat kesalahan yang diperbuat terhadap kita menghilang, tidak akan membuat orang yang bersalah kepada kita menyesali tindakan nya. Memendam emosi negatif justru merugikan diri kita, menghilangkan damai dan sejahtera dalam hidup kita.

        Kita tahu bahwa tidak semua masa lalu bisa kita dilupakan, dan tidak semua kesalahan bisa kita maafkan. Ada kesalahan yang kita anggap tidak layak untuk dimaafkan, ada pula permintaan maaf yang tidak mau kita ucapkan karena kita merasa tidak bersalah. Namun ada baiknya jika kita bisa mulai menerima dengan lapang dada kejadian menyakitkan di masa lalu dan melepaskan semua emosi negatif dalam diri kita sehingga kita akan merasa lebih tenang, damai dan lega. Meminta maaf juga bukan berarti bahwa kita adalah pihak yang salah, tetapi untuk membuat diri kita terlepas dari emosi negatif dan kita bisa merasa lega serta damai.

        Memaafkan dan meminta maaf adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena tak satupun dari kita terlepas dari dosa dan kesalahan. Memaafkan bukanlah tugas yang mudah, tetapi merupakan proses penting untuk melepaskan emosi negatif yang membebani kita. Ketika kita memberikan maaf, kita juga membebaskan diri dari belenggu emosi negatif terhadap orang atau situasi tertentu.

        Tidaklah mudah untuk melupakan masa lalu atau memaafkan kesalahan yang sangat menyakitkan. Namun, dengan menerima kejadian yang telah terjadi dan melepaskan emosi negatif, kita dapat meraih ketenangan dan kedamaian dalam hidup. Meminta maaf juga bukan berarti kita mengakui kesalahan, tetapi merupakan langkah untuk meraih kedamaian dan kedamaian batin.

    GenRengers, kita telah membahas topik yang mendalam ini.Teruslah berjuang, teruslah berkembang, dan jangan ragu untuk mencari bantuan ketika diperlukan. Bersama-sama, kita bisa mengatasi tantangan dan menemukan kembali esensi diri yang mungkin telah terlupakan. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya! Tetap semangat, GenRengers!

 

Sabtu, 16 Maret 2024

Mental Health dan Menemukan Kembali Diri yang Hilang

Oleh: Hening Putri Maharani  

Sumber: vehicleofwisdom.com

     Halo, GenRengers! Selamat datang kembali di blog kita yang penuh semangat! Kali ini, kita akan membahas topik yang sangat penting dan seringkali terlupakan, yaitu tentang kesehatan mental dan bagaimana menemukan kembali diri yang mungkin telah terlupakan. Yuk, simak bersama untuk menambah insight baru!


    Kesehatan mental adalah kondisi penting kesehatan manusia yang memiliki kaitan dengan psikis, emosi dan kejiwaan manusia. Kesehatan mental sama pentingnya seperti kesehatan fisik. Tubuh bisa dikatakan sehat ketika mental dan fisiknya sehat. Kesehatan mental sangat penting dan haruslah di perhatikan oleh setiap individu karena hal ini merupakan keadaan psikis seseorang yang bisa saja berdampak negatif terhadap kejiwaan seseorang dan membuat nya terkena gangguan mental. 

    Menurut World Health Organization (WHO), ada satu dari lima anak-anak dan remaja di dunia memiliki gangguan mental. Sementara pada orang dewasa, kondisi ini memengaruhi satu dari empat orang di dunia. Sedangkan mengacu pada data dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), sekitar 1 dari 10 orang di Indonesia mengidap gangguan mental.

    Bahkan, bisa dilihat juga di lingkungan sekitar kita, atau mungkin diri kita sendiri bisa saja sudah mengalami gejala gangguan mental tanpa kita sadari, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di Indonesia. Jadi, perlu disadari oleh kita semua pentingnya kesehatan mental bagi seseorang, apa gejalanya, apa dampaknya bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar, serta bagaimana cara menanganinya. 

    Di dalam hidup ini, perlu diketahui bahwa peristiwa dalam hidup yang berdampak besar pada kepribadian dan perilaku seseorang bisa berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Misalnya pelecehan, pembullyan, stress berat, kekerasan dalam rumah tangga dan hal-hal negatif lain yang dialami oleh seseorang yang membuat kondisi kejiwaan seseorang terganggu, sehingga menyebabkan seseorang terkena gangguan kesehatan jiwa.

     Gangguan kesehatan mental seseorang juga berdampak buruk baik bagi individu maupun bagi banyak orang. Permasalahan besar yang di alami oleh kebanyakan penderita gangguan kesehatan mental adalah mereka kehilangan dirinya sendiri. Gangguan kesehatan mental dapat membunuh karakter dan kepribadian seseorang, hingga seseorang tersebut kehilangan dirinya sendiri. 

    Ada kalanya kita sampai pada masa-masa yang penuh konflik ketika keinginan tidak sejalan dengan relita, ketika kita dibebankan oleh harapan orang-orang yang terlalu tinggi yang tidak sejalan dengan keinginan kita, dikhianati oleh teman dekat, gagal dalam suatu pencapaian, patah hati, dan hal lainnya yang menyumbang kecemasan dan rasa frustasi yang bisa menjadi penyebab kita kehilangan diri sendiri.

    Kehilangan diri sendiri, seringkali membuat kita bertanya-tanya siapa, apa dan mau kemana diri kita sebenarnya, namun kita tidak mendapatkan jawaban apapun. Dalam fase ini, kita akan merasa sedih, cemas, bimbang, dan tidak tahu akan berbuat apa. Kita bahkan akan menyalahkan diri sendiri atas pilihan-pilihan hidup yang telah kita ambil, dan pada akhirnya kita kehilangan kendali atas diri sendiri dan kehilangan arah kehilangan diri kita sendiri. Namun, jangan sampai hal tersebut menyelimuti diri kita selamanya. Kita harus bisa menghdapinya dengan penuh kesadaran bahwa kita mampu melewatinya.

    Langkah yang bisa kita ambil untuk menemukan diri kita kembali adalah dengan meluangkan waktu untuk berbicara dengan diri sendiri, waktu untuk diri kita bisa memahami setiap kesedihan, rasa cemas, bimbang, dan emosi-emosi dalam diri. Resapi setiap memori negatif yang muncul kemudian luapkan itu semua dalam bentuk emosi, lalu terimalah emosi-emosi tersebut dengan penuh kerelaan. Kita harus bisa menerima itu semua sebagai bagian diri kita. Terimalah diri kita secara utuh dengan kerelaan, tanpa penilaian, penghakiman, sehingga kita mampu menjadi lebih paham mengenai siapa diri kita, berdamai dengan diri sendiri dan bisa menemukan kembali diri sendiri yang hilang.

Sekian pembahasan kita kali ini, GenRengers! Ingatlah bahwa menjaga kesehatan mental adalah langkah pertama menuju pencapaian diri yang sesungguhnya. Dengan menyadari nilai pentingnya keseimbangan mental, kita dapat mengarungi kehidupan dengan lebih kuat dan bermakna. Teruslah berjuang, teruslah berkembang, dan jangan pernah ragu untuk mencari bantuan jika diperlukan. Bersama-sama, kita bisa mengatasi tantangan dan menemukan kembali esensi diri yang mungkin pernah hilang. Sampai jumpa di pembahasan berikutnya! Tetap semangat, GenRengers!