Dari Coba-Coba Jadi Candu: Waspadai Penyalahgunaan NAPZA!
Penulis: Ariadi dan Fajar, Editor: Emelia
"Ah, cuma sekali kok," atau
"Biar gaul aja," mungkin terdengar seperti alasan sepele di awal.
Namun, tahukah kamu bahwa gerbang menuju jurang penyalahgunaan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif (napza) seringkali terbuka lebar dari rasa
penasaran dan keinginan untuk mencoba? Ironisnya, yang awalnya sekadar
"coba-coba" bisa berujung pada kecanduan yang menghancurkan hidup.
Memahami Lebih Dalam: Apa Itu Napza?
Secara umum, Napza adalah istilah yang
mencakup tiga kelompok zat yang memiliki pengaruh psikoaktif terhadap sistem
saraf pusat jika dikonsumsi. Pengaruh psikoaktif ini dapat menyebabkan
perubahan pada suasana hati, pikiran, perasaan, persepsi, dan perilaku
penggunanya. Ketiga kelompok zat tersebut adalah:
• Narkotika: Golongan zat ini memiliki potensi
tinggi menyebabkan ketergantungan dan diklasifikasikan berdasarkan potensi
adiktifnya. Contoh narkotika alami adalah ganja dan kokain (berasal dari
tanaman). Contoh narkotika sintetis dan semi-sintetis antara lain heroin,
morfin, dan petidin. Penggunaan narkotika umumnya dilarang kecuali untuk tujuan
pengobatan di bawah pengawasan dokter.
• Psikotropika: Golongan zat ini memengaruhi
aktivitas mental dan perilaku melalui mekanisme kerjanya pada otak.
Psikotropika diklasifikasikan berdasarkan potensi ketergantungan dan efek
farmakologisnya. Contoh psikotropika antara lain amfetamin (shabu, ekstasi),
benzodiazepine (diazepam, alprazolam), dan LSD. Beberapa jenis psikotropika
digunakan dalam pengobatan gangguan mental, namun penggunaannya harus sesuai
resep dokter.
• Zat Adiktif Lain: Kelompok ini mencakup zat-zat
lain yang tidak termasuk narkotika atau psikotropika, namun dapat menyebabkan
ketergantungan. Contoh zat adiktif lain yang sering disalahgunakan adalah
alkohol, nikotin (pada rokok), kafein (dalam dosis tinggi), inhalansia (lem,
thinner), dan zat adiktif lainnya.
Beragam Jenis, Beragam Bahaya
Setiap jenis Napza memiliki karakteristik
dan efek yang berbeda-beda terhadap tubuh dan psikologis. Beberapa jenis Napza
yang sering disalahgunakan di antaranya:
• Ganja (Marijuana): Dapat menyebabkan gangguan
pada daya ingat, konsentrasi, persepsi waktu, dan koordinasi. Penggunaan jangka
panjang dikaitkan dengan risiko gangguan pernapasan dan masalah kesehatan
mental.
• Heroin: Merupakan opioid yang sangat adiktif.
Penggunaan heroin dapat menyebabkan depresi pernapasan, overdosis yang fatal,
dan berbagai komplikasi kesehatan terkait penggunaan jarum suntik.
• Sabu (Methamphetamine): Stimulan kuat yang dapat
menyebabkan euforia, peningkatan energi, dan penurunan nafsu makan. Efek jangka
panjang meliputi kerusakan otak, masalah jantung, dan gangguan psikotik.
• Ekstasi (MDMA): Psikotropika yang dapat
menimbulkan perasaan euforia, peningkatan empati, dan distorsi persepsi.
Penggunaan ekstasi berisiko menyebabkan dehidrasi, hipertermia, dan masalah
jantung.
• Alkohol: Depresan sistem saraf pusat yang dapat
menyebabkan gangguan koordinasi, penurunan kesadaran, dan kerusakan organ hati
serta otak jika dikonsumsi berlebihan dan dalam jangka panjang.
• Nikotin: Zat adiktif dalam rokok yang sangat
kuat. Merokok meningkatkan risiko berbagai penyakit serius seperti kanker,
penyakit jantung, dan gangguan pernapasan.
• Inhalansia: Uap dari zat kimia seperti lem atau
thinner yang dihirup untuk mendapatkan efek memabukkan sesaat. Penggunaan
inhalansia sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan otak permanen,
gagal jantung, dan kematian mendadak.
Mengapa Seseorang Terjerumus dalam
Penggunaan Napza?
Ada berbagai faktor kompleks yang dapat
mendorong seseorang untuk mencoba dan akhirnya menggunakan Napza secara
berulang. Beberapa penyebab umum meliputi:
• Rasa Ingin Tahu dan Coba-coba: Terutama pada
remaja dan dewasa muda, rasa penasaran terhadap efek Napza dan keinginan untuk
mencoba pengalaman baru dapat menjadi pemicu awal.
• Tekanan Teman Sebaya: Keinginan untuk diterima
dalam kelompok pergaulan tertentu atau takut dianggap "tidak gaul"
dapat mendorong seseorang untuk menggunakan Napza, meskipun mereka sebenarnya
tidak ingin.
• Mengatasi Stres dan Masalah Emosional: Beberapa
orang menggunakan Napza sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah,
mengatasi stres, kecemasan, depresi, atau trauma masa lalu. Mereka mencari
"pelarian" sesaat dari realitas yang sulit.
• Pengaruh Lingkungan: Lingkungan keluarga atau
komunitas yang permisif terhadap penggunaan Napza, atau bahkan adanya anggota
keluarga yang menggunakan Napza, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk ikut
terlibat.
• Kurangnya Informasi dan Pendidikan: Pemahaman
yang minim tentang bahaya Napza dan konsekuensi jangka panjangnya dapat membuat
seseorang lebih rentan untuk mencoba.
• Masalah Kesehatan Mental yang Tidak Tertangani:
Individu dengan gangguan kesehatan mental yang tidak diobati mungkin
menggunakan Napza sebagai upaya "pengobatan sendiri" yang keliru.
• Faktor Genetik dan Biologis: Penelitian
menunjukkan bahwa faktor genetik dapat memengaruhi kerentanan seseorang
terhadap adiksi. Beberapa orang mungkin memiliki predisposisi biologis yang
membuat mereka lebih mudah mengalami ketergantungan.
• Ketersediaan Napza: Semakin mudah Napza diakses,
semakin besar pula risiko seseorang untuk mencoba dan menggunakannya.
• Promosi dan Iklan (terutama untuk zat adiktif
legal seperti alkohol dan rokok): Meskipun ada batasan, promosi dan iklan dapat
menormalisasi penggunaan zat adiktif dan mempengaruhi persepsi risiko.
Mengapa "Coba-coba" Sangat
Berbahaya?
Napza memiliki efek psikoaktif yang kuat,
memengaruhi sistem saraf pusat dan mengubah suasana hati, pikiran, perasaan,
dan perilaku. Sekali zat ini masuk ke dalam tubuh, ia akan memicu pelepasan
dopamin secara berlebihan di otak. Dopamin adalah neurotransmitter yang
berperan dalam sensasi kesenangan dan penghargaan. Ledakan dopamin inilah yang
menciptakan rasa euforia sesaat, yang kemudian otak akan "ingat" dan
ingin mengulanginya lagi.
Inilah jebakan pertama. Otak dengan cepat
beradaptasi dengan kehadiran napza. Efek yang sama tidak lagi bisa dirasakan
dengan dosis yang sama. Akibatnya, pengguna cenderung meningkatkan dosis dan
frekuensi penggunaan untuk mendapatkan sensasi yang serupa. Proses inilah yang
menjadi awal mula ketergantungan atau kecanduan.
Lebih dari Sekadar Sensasi Sesaat
Kecanduan napza bukan hanya masalah fisik,
tetapi juga psikologis dan sosial. Ketergantungan akan membuat seseorang:
• Kehilangan Kontrol: Keinginan untuk menggunakan
napza menjadi tak tertahankan, mengalahkan segala logika dan pertimbangan.
•
Mengalami Gejala Putus Zat (Sakaw): Ketika efek
napza hilang, muncul gejala tidak menyenangkan seperti mual, muntah, nyeri
otot, gelisah, hingga kejang. Hal ini memaksa pengguna untuk terus menggunakan
napza demi menghindari sakaw.
•
Mengabaikan Tanggung Jawab: Sekolah, pekerjaan,
keluarga, dan pertemanan menjadi tidak penting lagi. Fokus hidup hanya tertuju
pada bagaimana mendapatkan dan menggunakan napza.
• Melakukan Tindakan Kriminal: Demi mendapatkan
uang untuk membeli napza, seseorang bisa nekat melakukan tindakan melanggar
hukum seperti mencuri atau menipu.
• Mengalami Masalah Kesehatan Serius: Penggunaan
napza dalam jangka panjang dapat merusak organ-organ vital seperti otak, hati,
jantung, dan paru-paru. Risiko tertular penyakit menular seperti HIV dan
hepatitis juga meningkat akibat penggunaan jarum suntik bergantian.
• Mengalami Gangguan Mental: Napza dapat memicu atau memperparah gangguan mental seperti depresi, kecemasan, psikosis, dan bahkan bunuh diri.
Waspadai Lingkungan dan Pergaulan
Tekanan teman sebaya, rasa ingin diterima
dalam kelompok, dan kurangnya informasi yang benar seringkali menjadi pemicu
utama coba-coba napza. Lingkungan yang permisif terhadap penggunaan narkoba
juga menjadi faktor risiko yang besar.
Pencegahan Lebih Baik daripada Mengobati
Mencegah penyalahgunaan napza adalah
tanggung jawab kita bersama. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
• Edukasi Dini: Berikan informasi yang benar dan
jelas tentang bahaya napza kepada anakanak dan remaja sejak dini.
• Komunikasi Terbuka: Ciptakan lingkungan keluarga
dan pertemanan yang terbuka dan suportif, di mana seseorang merasa nyaman untuk
berbicara tentang masalah dan tekanan yang dihadapi.
• Pendidikan Karakter: Tanamkan nilai-nilai
positif, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, dan kemampuan menolak
pengaruh buruk.
• Aktivitas Positif: Arahkan energi dan minat pada
kegiatan positif seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial.
• Peran Aktif Masyarakat: Laporkan jika mengetahui
adanya aktivitas penyalahgunaan napza di lingkungan sekitar.
Jangan Ragu Meminta Bantuan
Jika kamu atau orang yang kamu kenal
terjerat dalam penyalahgunaan napza, jangan ragu untuk mencari bantuan
profesional. Ada banyak lembaga dan tenaga ahli yang siap membantu proses
pemulihan. Mengakui masalah adalah langkah pertama menuju perubahan yang lebih
baik.
"Coba-coba" memang terdengar tidak berbahaya, tetapi dampaknya bisa sangat fatal. Jauhi napza sebelum ia menjeratmu dalam kecanduan yang merenggut masa depan. Waspadalah!